Sabtu, 02 November 2019

Tiga Jaman Tahapan Penerapan Pewayangan




      Assalamu'alaikum wrm wbr. Saya akan menyampaikan tahapan penerapan pewayangan yang dibagi dalam tiga tahap. Tiga tahapan ini kalau dijalani insyaallah memerlukan waktu sekitar tujuh setengah tahun. Itu sudah termasuk jaman goro-goro, gegeran dan penataan dunia. Untuk pembahasan jaman goro-goro, gegeran dan penataan dunia insyaallah dibahas lain kali. Untuk saat ini cukup membahas tahapan penerapan pewayangan yang ada tiga tahapan. 


      Pertama adalah tahapan pengenalan. Tahapan ini dalam pewayangan diceritakan sebagai "babad wono mertani". Seandainya orang yang ingin membangun sebuah rumah, sedang tempat yang akan digunakan untuk membangun masih berupa hutan belantara maka pekerjaan pertama adalah membabat hutan. Tahapan pengenalan ini dimulai dari terjemah pewayangan disampaikan kepada masyarakat. Diteruskan dengan ditanyakan ke ijmaa' ulama Mekah-Madinah, segala sesuatunya diantaranya ditanyakan apakah pembaca jongko seorang bani tamim ataukah bukan. Kemudian diteruskan dengan dibawa kesidang umum PBB. Dalam sidang umum PBB ini dimusyawarahkan, apakah bisa menerima cerita pewayangan dan hieroglyph sebagai petunjuk reformasi dan revolusi dunia. Setelah mendapat keputusan dari sidang umum PBB ini, barulah "babad wono mertani" bisa disebut telah lengkap. Dijaman ini sang pujangga diceritakan sebagai parto kumbang ali-ali ratuning jisim berkasaan. 


      Tahapan kedua adalah jaman keberadaan Satrio Piningit. Dijaman keberadaan Satrio Piningit ini, cerita pewayangan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Cerita pewayangan benar-benar memiliki pengaruh seperti seorang pembaca jadwal upacara bendera. Cerita pewayangan dibacakan kemudian dipraktekkan. Sedangkan Satrio Piningit sendiri jarang muncul. Dia muncul sewaktu menandatangi pencairan harta milik semua negara yang saat ini menjadi agunan internasional. Untuk negara yang mengikuti petunjuknya hartanya dicairkan, yang tidak mengikuti petunjuk hartanya ditahan. Disinilah cerita pewayangan yang disampaikan oleh Satrio Piningit memiliki pengaruh yang sangat kuat. Sebab untuk menjaga stabilas negara diperlukan uang, uang cair apabila petunjuk dari Satrio Piningit diikuti. Dijaman ini pujangga diceritakan dengan nama Raden Sumbo Wisnu Baroto atau Horus dengan dua mata yang lengkap. 


      Jaman Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu. Dijaman ini sudah tidak ada lagi Satrio Piningit, tidak ada lagi kesatria bertopeng. Pujangga dituntut bisa menengahi permasalahan dunia dengan logika. Pujangga melaksakan pekerjaan banyak menggunakan hukum kias. Jadi permasalahan yang diselesaikan mirip dengan kisahnya nabi Sulaiman as menentukan "bayi ini anak dari ibu yang mana". Buat yang pernah mendengarkan kisahnya nabi Sulaiman as insyaallah bisa dengan mudah mengerti tulisan saya ini. Dijaman ini pujangga diceritakan dengan nama tokoh pewayangan Bambang Udroyono atau Bambang Yudhoyono atau Horus tinggal memiliki satu mata. 


      Dari saya cukup sekian dulu, insyaallah disambung lain kali. Semoga keterangan yang saya sampaikan membawa manfaat dan barokah. Aamiin aamiin aamiin yaa robbal'aalamiina. Assalamu'alaikum wrm wbr. 

      Tertanda


      Jaka Pingit / Joko Pingit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Calon Pemimpin

  Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya sampaikan petunjuk ini hasil dari mempelajari pewayangan. Dalam hal memilih seorang...