Jumat, 19 Maret 2021

Prediksi Dari Cerita Ande Ande Lumut

 


Assalamualaikum wrm wbr.  Dari zaman kerajaan Kadiri ada banyak jongko atau prediksi yang disampaikan dalam bentuk cerita panji atau dongeng. Jongko atau prediksi yang disampaikan dalam bentuk cerita panji atau dongeng itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah cerita ini mampu bertahan hingga turun-temurun, bisa diingat dengan mudah oleh anak dan cucu. Tetapi kekurangannya adalah, biasanya anak cucu bisa mengingat dengan mudah cerita itu tetapi lupa dengan maksud dan tujuan dari dibuatnya cerita itu. 

Karena cerita Ande Ande Lumut ada berbagai versi, saya ambil salah satu versi diantaranya adalah versi yang ini. Meskipun cerita Ande Ande Lumut ada banyak versi, tapi ada suatu kesamaan, yaitu ceritanya Ande Ande Lumut menjadi rebutan diantara empat wanita dengan warna baju yang berbeda. Ada yang berbaju merah, biru, hijau dan kuning. Salah satu diantara versi cerita Ande Ande Lumut adalah sebagai berikut.  




Pada suatu ketika, Kerajaan Jenggala tiba-tiba diserang oleh kerajaan musuh. Di saat pertempuran sengit berlangsung, Putri Dewi Sekartaji melarikan diri dan bersembunyi ke sebuah desa yang jauh dari Jenggala. Untuk menjaga keselamatan jiwanya, ia menyamar sebagai gadis kampung dan mengabdi kepada seorang janda yang kaya raya bernama Nyai Intan. Nyai Intan mempunyai tiga orang putri yang cantik dan genit. Mereka adalah Kleting Abang (sulung), Kleting Ijo, dan Kleting Biru (bungsu). Oleh Nyai Intan, Dewi Sekartaji diangkat menjadi anak dan diberi nama Kleting Kuning. Dalam versi yang lain diceritakan, Panji Asmarabangun terbawa angin kearah barat laut dan jatuh dekat sebuah candi dan kolam / rawa. 


Di rumah Nyai Intan, Kleting Kuning selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Ia sering dibentak oleh Nyai Intan dan diperlakukan tidak senonoh oleh ketiga kakak angkatnya. Bahkan, ia terkadang diberi makan sehari satu kali oleh ibu angkatnya.


Sementara itu, di Kerajaan Jenggala, Panji Asmarabangun bersama pasukannya berhasil memukul mundur pasukan musuh. Namun, ia sangat sedih karena istrinya telah pergi meninggalkan istana Jenggala dan tidak diketahui keberadaannya.


Setelah keadaan di Kerajaan Jenggala kembali tenang dan aman, sang Pangeran memutuskan untuk mencari istrinya. Namun sebelum itu, ia memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mencari jejak kepergian istrinya. Suatu sore, ketika ia sedang duduk di pendopo istana, datanglah seorang pengawalnya untuk menyampaikan laporannya.


“Ampun, Baginda! Hamba ingin “Apakah kamu telah mengetahui keberadaan istriku?” tanya Panji Asmarabangun dengan tidak sabar.


“Ampun, Baginda! Hamba hanya menemukan seorang gadis yang mirip dengan isti Baginda di sebuah dusun. Namun, hamba belum yakin dia itu istri Baginda, karena ia hanya seorang gadis kampung yang bekerja sebagai pembantu pada seorang janda kaya,” jelas pengawal itu.

 

Mendengar laporan itu, sang Pangeran pun memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pangeran tampan yang sedang mencari jodoh. Keesokan harinya, berangkatlah ia bersama beberapa orang pengawalnya ke Desa Dadapan yang berada di dekat Sungai Bengawan Solo, Lamongan. Desa itu berseberangan dengan desa tempat tinggal Kleting Kuning.


Di desa itu, Panji Asmarabangun menyamar dengan nama Ande Ande Lumut dan tinggal di rumah seorang janda tua bernama Mbok Randa. Beberapa hari kemudian, ia pun memerintahkan para pengawalnya agar pengumuman sayembara mencari jodoh itu segera disebarkan kepada seluruh pelosok desa. Dalam waktu singkat, berita tentang pelaksanaan sayembara itu tersebar hingga ke desa seberang, desa tempat tinggal Kleting Kuning.


Betapa senangnya hati Kleting Abang, Ijo, dan Biru mendengar kabar itu. Mereka akan berdandan sencantik-cantiknya untuk menaklukkkan hati sang Pangeran Tampan, Ande Ande Lumut.


“Asyik… Asyik…!!! Kita akan berdandan secantik-cantiknya. Kalau salah seorang di antara kita menjadi putri raja, ibu pasti akan senang,” kata Kleting Abang.


Pada hari sayembara itu dimulai, Kleting Abang, Ijo, dan Biru pun segera berdandan dengan sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan perhiasan yang indah. Saat mereka sedang asyik berdandan, Kleting Kuning mendekati mereka.


“Wah, kalian cantik sekali!” puji Kleting Kuning.


“Hai, Kleting Kuning! Apakah kamu ingin mengikuti sayembara juga?” tanya Kleting Abang.


“Ah, tidak mungkin! Baju pun kamu tak punya. Apakah kamu mau ikut sayembara dengan baju seperti itu?” sahut Kleting Ijo dengan mencela.


“Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara ini! Lebih baik kamu di rumah mengurus semua pekerjaanmu. Ayo, pergilah ke sungai mencuci semua pakaian kotor itu!” seru Kleting Biru sambil menunjuk ke pakaian ganti mereka yang sudah kotor.


Kleting Kuning segera mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai. Sebenarnya, ia pun tidak tertarik untuk mengikuti sayembara itu, karena ia masih teringat kepada suaminya, Panji Asmarabangun. Ia akan selalu setia kepada suaminya meskipun belum mendengar kabar tentang keadaannya apakah masih hidup atau sudah tewas dalam peperangan. Ketika ia sedang mencuci di sungai, tiba-tiba seekor burung bangau datang menghampirinya. Anehnya, burung bangau itu dapat berbicara layaknya manusia dan kedua kakinya mencengkram sebuah cambuk.


“Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dedapan mengikuti sayembara itu! Di sana Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmarabangun. Bawalah cambuk ini! Jika sewaktu-waktu Tuan Putri membutuhkan pertolongan, Tuan Putri boleh menggunakannya,” ujar sang burung bangau seraya meletakkan cambuk itu di atas batu di dekat Kleting Kuning.


Belum sempat Kleting Kuning berkata apa-apa, burung bangau itu sudah terbang ke angkasa dan seketika itu pula menghilang dari pandangan mata. Tanpa berpikir panjang lagi, Kleting Kuning pun segera kembali ke rumah dan bersiap-siap berangkat menuju Desa Dadapan.


Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Kini mereka telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan, karena harus menyeberangi sungai yang luas dan dalam itu, sementara tak satu pun perahu yang tampak di tepi sungai.


“Bu, bagaimana caranya kita menyeberangi sungai ini?” tanya Kleting Ijo kebingungan.


“Iya, Bu! Apa yang harus kita lakukan?” tambah Kleting Biru.


“Hai, coba lihat itu! Makhluk apa itu?” seru Kleting Abang.





Betapa terkejutnya Nyai Intan dan ketiga putrinya ketika mengetahui bahwa makhluk itu adalah seekor kepiting raksasa yang sedang terapung di atas permukaan air.


“Hai, Kepiting Raksasa! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai ini?” pinta Kleting Abang.


Yuyu Kangkang tertawa lebar.


“Ha… ha… ha…!!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat,” ujar Yuyu Kangkang.


“Apakah syaratmu itu, hai Kepiting Raksasa? Katakanlah!” desak Kleting Ijo. “Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya asalkan kami dapat menyeberangi sungai ini.”


“Kalian harus menciumku terlebih dahulu sebelum aku mengantar kalian ke seberang sungai,” kata Yuyu Kangkang.

 

Akhirnya, Kleting Abang dan kedua adiknya menerima persyaratan Yuyu Kangkang. Satu persatu mereka mencium si Yuyu Kangkang. Setelah itu, Yuyu Kangkang pun mengantar mereka ke seberang sungai. Selang beberapa saat kemudian, Kleting Kuning juga tiba di tepi sungai. Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, yaitu meminta imbalan ciuman, Kleting Kuning menolaknya. Ia tidak ingin menghianati suaminya. Meski ia tidak mau memenuhi syarat itu, ia tetap memaksa si Yuyu Kangkang untuk membantunya menyeberangi sungai. Berkali-kali Kleting Kuning memohon, namun kepiting raksasa itu tetap menolak, kecuali Kleting Kuning mau memenuhi syarat itu.


Kleting Kuning pun mulai habis kesabarannya. Ia segera memukulkan cambuknya ke sungai dan seketika itu pula air Sungai Bengawan Solo menjadi surut. Dalam versi yang lain, Yuyu Kangkang  tinggal di sungai Brantas. Melihat hal itu, Yuyu Kangkang menjadi ketakutan dan segera menyeberangkan Kleting Kuning, dan bahkan sekaligus mengantarnya hingga sampai di Desa Dadapan.


Setibanya di rumah Nyai Intan, Kleting Kuning bertemu dengan ketiga saudara dan ibu angkatnya. Tak berapa lama kemudian, sayembara pun dimulai. Secara bergiliran, Kleting Abang dan kedua adiknya menunjukkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya di hadapan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang pun di antara mereka yang dipilih oleh Ande Ande Lumut. Melihat hal itu, Nyai Intan pun berlutut memohon kepada Ande Ande Lumut agar memilih salah satu putrinya untuk dijadikan permaisuri.


“Ampun, Pangeran! Hamba mohon, terimahlah salah seorang dari ketiga putriku ini! Kurang cantik apalagi mereka dengan dandanan yang sebagus itu?” iba Nyai Intan.


Ande Ande Lumut hanya tersenyum.


“Memang benar, ketiga putri Nyai cantik semua. Tapi, aku tetap tidak akan memilih seorang pun dari mereka,” kata Ande Ande Lumut tanpa memberikan alasan.


“Pengawal! Tolong panggilkan gadis yang berbaju kuning itu kemari!” seru Ande Ande Lumut sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang duduk paling belakang.


Rupanya, gadis yang ditunjuk oleh Ande Ande Lumut itu adalah Kleting Kuning. Ketika Kleting Kuning menghadap kepadanya, pangeran tampan itu bangkit dari singgasananya.


“Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku,” kata Ande Ande Lumut.


Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu, terutama Nyai Intan dan ketiga putrinya.


“Ampun, Pangeran! Kenapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu dari pada ketiga putriku yang cantik dan menarik ini?” tanya Nyai Intan ingin tahu.


Ande Ande Lumut kembali tersenyum, lalu berkata:


“Wahai, Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun dari putrimu, karena mereka ‘bekas’ si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus ujian, yakni menolak untuk mencium si Yuyu Kangkang,” jelas Ande Ande Lumut.




Assalamualaikum wrm wbr.  Dari zaman kerajaan Kadiri ada banyak jongko atau prediksi yang disampaikan dalam bentuk cerita panji atau dongeng. Jongko atau prediksi yang disampaikan dalam bentuk cerita panji atau dongeng itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah cerita ini mampu bertahan hingga turun-temurun, bisa diingat dengan mudah oleh anak dan cucu. Tetapi kekurangannya adalah, biasanya anak cucu bisa mengingat dengan mudah cerita itu tetapi lupa dengan maksud dan tujuan dari dibuatnya cerita itu. 


Karena cerita Ande Ande Lumut ada berbagai versi, saya ambil salah satu versi diantaranya adalah versi yang ini. Meskipun cerita Ande Ande Lumut ada banyak versi, tapi ada suatu kesamaan, yaitu ceritanya Ande Ande Lumut menjadi rebutan diantara empat wanita dengan warna baju yang berbeda. Ada yang berbaju merah, biru, hijau dan kuning. Salah satu diantara versi cerita Ande Ande Lumut adalah sebagai berikut.  


Pada suatu ketika, Kerajaan Jenggala tiba-tiba diserang oleh kerajaan musuh. Di saat pertempuran sengit berlangsung, Putri Dewi Sekartaji melarikan diri dan bersembunyi ke sebuah desa yang jauh dari Jenggala. Untuk menjaga keselamatan jiwanya, ia menyamar sebagai gadis kampung dan mengabdi kepada seorang janda yang kaya raya bernama Nyai Intan. Nyai Intan mempunyai tiga orang putri yang cantik dan genit. Mereka adalah Kleting Abang (sulung), Kleting Ijo, dan Kleting Biru (bungsu). Oleh Nyai Intan, Dewi Sekartaji diangkat menjadi anak dan diberi nama Kleting Kuning. Dalam versi yang lain diceritakan, Panji Asmarabangun terbawa angin kearah barat laut dan jatuh dekat sebuah candi dan kolam / rawa. 


Di rumah Nyai Intan, Kleting Kuning selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Ia sering dibentak oleh Nyai Intan dan diperlakukan tidak senonoh oleh ketiga kakak angkatnya. Bahkan, ia terkadang diberi makan sehari satu kali oleh ibu angkatnya.


Sementara itu, di Kerajaan Jenggala, Panji Asmarabangun bersama pasukannya berhasil memukul mundur pasukan musuh. Namun, ia sangat sedih karena istrinya telah pergi meninggalkan istana Jenggala dan tidak diketahui keberadaannya.


Setelah keadaan di Kerajaan Jenggala kembali tenang dan aman, sang Pangeran memutuskan untuk mencari istrinya. Namun sebelum itu, ia memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mencari jejak kepergian istrinya. Suatu sore, ketika ia sedang duduk di pendopo istana, datanglah seorang pengawalnya untuk menyampaikan laporannya.


“Ampun, Baginda! Hamba ingin “Apakah kamu telah mengetahui keberadaan istriku?” tanya Panji Asmarabangun dengan tidak sabar.


“Ampun, Baginda! Hamba hanya menemukan seorang gadis yang mirip dengan isti Baginda di sebuah dusun. Namun, hamba belum yakin dia itu istri Baginda, karena ia hanya seorang gadis kampung yang bekerja sebagai pembantu pada seorang janda kaya,” jelas pengawal itu.

 

Mendengar laporan itu, sang Pangeran pun memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pangeran tampan yang sedang mencari jodoh. Keesokan harinya, berangkatlah ia bersama beberapa orang pengawalnya ke Desa Dadapan yang berada di dekat Sungai Bengawan Solo, Lamongan. Desa itu berseberangan dengan desa tempat tinggal Kleting Kuning.


Di desa itu, Panji Asmarabangun menyamar dengan nama Ande Ande Lumut dan tinggal di rumah seorang janda tua bernama Mbok Randa. Beberapa hari kemudian, ia pun memerintahkan para pengawalnya agar pengumuman sayembara mencari jodoh itu segera disebarkan kepada seluruh pelosok desa. Dalam waktu singkat, berita tentang pelaksanaan sayembara itu tersebar hingga ke desa seberang, desa tempat tinggal Kleting Kuning.


Betapa senangnya hati Kleting Abang, Ijo, dan Biru mendengar kabar itu. Mereka akan berdandan sencantik-cantiknya untuk menaklukkkan hati sang Pangeran Tampan, Ande Ande Lumut.


“Asyik… Asyik…!!! Kita akan berdandan secantik-cantiknya. Kalau salah seorang di antara kita menjadi putri raja, ibu pasti akan senang,” kata Kleting Abang.


Pada hari sayembara itu dimulai, Kleting Abang, Ijo, dan Biru pun segera berdandan dengan sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan perhiasan yang indah. Saat mereka sedang asyik berdandan, Kleting Kuning mendekati mereka.


“Wah, kalian cantik sekali!” puji Kleting Kuning.


“Hai, Kleting Kuning! Apakah kamu ingin mengikuti sayembara juga?” tanya Kleting Abang.


“Ah, tidak mungkin! Baju pun kamu tak punya. Apakah kamu mau ikut sayembara dengan baju seperti itu?” sahut Kleting Ijo dengan mencela.


“Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara ini! Lebih baik kamu di rumah mengurus semua pekerjaanmu. Ayo, pergilah ke sungai mencuci semua pakaian kotor itu!” seru Kleting Biru sambil menunjuk ke pakaian ganti mereka yang sudah kotor.


Kleting Kuning segera mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai. Sebenarnya, ia pun tidak tertarik untuk mengikuti sayembara itu, karena ia masih teringat kepada suaminya, Panji Asmarabangun. Ia akan selalu setia kepada suaminya meskipun belum mendengar kabar tentang keadaannya apakah masih hidup atau sudah tewas dalam peperangan. Ketika ia sedang mencuci di sungai, tiba-tiba seekor burung bangau datang menghampirinya. Anehnya, burung bangau itu dapat berbicara layaknya manusia dan kedua kakinya mencengkram sebuah cambuk.


“Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dedapan mengikuti sayembara itu! Di sana Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmarabangun. Bawalah cambuk ini! Jika sewaktu-waktu Tuan Putri membutuhkan pertolongan, Tuan Putri boleh menggunakannya,” ujar sang burung bangau seraya meletakkan cambuk itu di atas batu di dekat Kleting Kuning.


Belum sempat Kleting Kuning berkata apa-apa, burung bangau itu sudah terbang ke angkasa dan seketika itu pula menghilang dari pandangan mata. Tanpa berpikir panjang lagi, Kleting Kuning pun segera kembali ke rumah dan bersiap-siap berangkat menuju Desa Dadapan.


Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Kini mereka telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan, karena harus menyeberangi sungai yang luas dan dalam itu, sementara tak satu pun perahu yang tampak di tepi sungai.


“Bu, bagaimana caranya kita menyeberangi sungai ini?” tanya Kleting Ijo kebingungan.


“Iya, Bu! Apa yang harus kita lakukan?” tambah Kleting Biru.


“Hai, coba lihat itu! Makhluk apa itu?” seru Kleting Abang.


Betapa terkejutnya Nyai Intan dan ketiga putrinya ketika mengetahui bahwa makhluk itu adalah seekor kepiting raksasa yang sedang terapung di atas permukaan air.


“Hai, Kepiting Raksasa! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai ini?” pinta Kleting Abang.


Yuyu Kangkang tertawa lebar.


“Ha… ha… ha…!!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat,” ujar Yuyu Kangkang.


“Apakah syaratmu itu, hai Kepiting Raksasa? Katakanlah!” desak Kleting Ijo. “Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya asalkan kami dapat menyeberangi sungai ini.”


“Kalian harus menciumku terlebih dahulu sebelum aku mengantar kalian ke seberang sungai,” kata Yuyu Kangkang.

 

Akhirnya, Kleting Abang dan kedua adiknya menerima persyaratan Yuyu Kangkang. Satu persatu mereka mencium si Yuyu Kangkang. Setelah itu, Yuyu Kangkang pun mengantar mereka ke seberang sungai. Selang beberapa saat kemudian, Kleting Kuning juga tiba di tepi sungai. Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, yaitu meminta imbalan ciuman, Kleting Kuning menolaknya. Ia tidak ingin menghianati suaminya. Meski ia tidak mau memenuhi syarat itu, ia tetap memaksa si Yuyu Kangkang untuk membantunya menyeberangi sungai. Berkali-kali Kleting Kuning memohon, namun kepiting raksasa itu tetap menolak, kecuali Kleting Kuning mau memenuhi syarat itu.


Kleting Kuning pun mulai habis kesabarannya. Ia segera memukulkan cambuknya ke sungai dan seketika itu pula air Sungai Bengawan Solo menjadi surut. Dalam versi yang lain, Yuyu Kangkang  tinggal di sungai Brantas. Melihat hal itu, Yuyu Kangkang menjadi ketakutan dan segera menyeberangkan Kleting Kuning, dan bahkan sekaligus mengantarnya hingga sampai di Desa Dadapan.


Setibanya di rumah Nyai Intan, Kleting Kuning bertemu dengan ketiga saudara dan ibu angkatnya. Tak berapa lama kemudian, sayembara pun dimulai. Secara bergiliran, Kleting Abang dan kedua adiknya menunjukkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya di hadapan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang pun di antara mereka yang dipilih oleh Ande Ande Lumut. Melihat hal itu, Nyai Intan pun berlutut memohon kepada Ande Ande Lumut agar memilih salah satu putrinya untuk dijadikan permaisuri.


“Ampun, Pangeran! Hamba mohon, terimahlah salah seorang dari ketiga putriku ini! Kurang cantik apalagi mereka dengan dandanan yang sebagus itu?” iba Nyai Intan.


Ande Ande Lumut hanya tersenyum.


“Memang benar, ketiga putri Nyai cantik semua. Tapi, aku tetap tidak akan memilih seorang pun dari mereka,” kata Ande Ande Lumut tanpa memberikan alasan.


“Pengawal! Tolong panggilkan gadis yang berbaju kuning itu kemari!” seru Ande Ande Lumut sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang duduk paling belakang.


Rupanya, gadis yang ditunjuk oleh Ande Ande Lumut itu adalah Kleting Kuning. Ketika Kleting Kuning menghadap kepadanya, pangeran tampan itu bangkit dari singgasananya.


“Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku,” kata Ande Ande Lumut.


Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu, terutama Nyai Intan dan ketiga putrinya.


“Ampun, Pangeran! Kenapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu dari pada ketiga putriku yang cantik dan menarik ini?” tanya Nyai Intan ingin tahu.


Ande Ande Lumut kembali tersenyum, lalu berkata:


“Wahai, Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun dari putrimu, karena mereka ‘bekas’ si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus ujian, yakni menolak untuk mencium si Yuyu Kangkang,” jelas Ande Ande Lumut.


Mendengar penjelasan itu, Nyai Intan dan ketiga putrinya baru sadar bahwa mereka ditolak oleh Ande Ande Lumut karena tidak lulus ujian. Sementara itu, Kleting Kuning masih kebingungan, karena belum menemukan suaminya. Namun, setelah Ande Ande Lumut membongkar penyamarannya bahwa dirinya adalah Panji Asmarabangun, barulah Kleting Kuning sadar. Dengan cambuk sakti pemberian si burung bangau, ia segera mengubah dirinya menjadi seorang putri yang cantik jelita. Panji Asmarabangun baru sadar ternyata Klenting Kuning adalah istrinya, Dewi Sekartaji. Akhirnya, sepasang suami istri yang saling mencintai itu bertemu kembali dan hidup berhagia. Sebagai ucapan terima kasih kepada Mbok Randa, Panji Asmarabangun membawanya serta tinggal di istana Jenggala. Sementara Nyai Intan dan ketiga putrinya kembali ke desanya dengan perasaan kecewa dan malu.


Assalamualaikum wrm wbr.  Dari zaman kerajaan Kadiri ada banyak jongko atau prediksi yang disampaikan dalam bentuk cerita panji atau dongeng. Jongko atau prediksi yang disampaikan dalam bentuk cerita panji atau dongeng itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah cerita ini mampu bertahan hingga turun-temurun, bisa diingat dengan mudah oleh anak dan cucu. Tetapi kekurangannya adalah, biasanya anak cucu bisa mengingat dengan mudah cerita itu tetapi lupa dengan maksud dan tujuan dari dibuatnya cerita itu. 


Karena cerita Ande Ande Lumut ada berbagai versi, saya ambil salah satu versi diantaranya adalah versi yang ini. Meskipun cerita Ande Ande Lumut ada banyak versi, tapi ada suatu kesamaan, yaitu ceritanya Ande Ande Lumut menjadi rebutan diantara empat wanita dengan warna baju yang berbeda. Ada yang berbaju merah, biru, hijau dan kuning. Salah satu diantara versi cerita Ande Ande Lumut adalah sebagai berikut.  


Pada suatu ketika, Kerajaan Jenggala tiba-tiba diserang oleh kerajaan musuh. Di saat pertempuran sengit berlangsung, Putri Dewi Sekartaji melarikan diri dan bersembunyi ke sebuah desa yang jauh dari Jenggala. Untuk menjaga keselamatan jiwanya, ia menyamar sebagai gadis kampung dan mengabdi kepada seorang janda yang kaya raya bernama Nyai Intan. Nyai Intan mempunyai tiga orang putri yang cantik dan genit. Mereka adalah Kleting Abang (sulung), Kleting Ijo, dan Kleting Biru (bungsu). Oleh Nyai Intan, Dewi Sekartaji diangkat menjadi anak dan diberi nama Kleting Kuning. Dalam versi yang lain diceritakan, Panji Asmarabangun terbawa angin kearah barat laut dan jatuh dekat sebuah candi dan kolam / rawa. 


Di rumah Nyai Intan, Kleting Kuning selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Ia sering dibentak oleh Nyai Intan dan diperlakukan tidak senonoh oleh ketiga kakak angkatnya. Bahkan, ia terkadang diberi makan sehari satu kali oleh ibu angkatnya.


Sementara itu, di Kerajaan Jenggala, Panji Asmarabangun bersama pasukannya berhasil memukul mundur pasukan musuh. Namun, ia sangat sedih karena istrinya telah pergi meninggalkan istana Jenggala dan tidak diketahui keberadaannya.


Setelah keadaan di Kerajaan Jenggala kembali tenang dan aman, sang Pangeran memutuskan untuk mencari istrinya. Namun sebelum itu, ia memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mencari jejak kepergian istrinya. Suatu sore, ketika ia sedang duduk di pendopo istana, datanglah seorang pengawalnya untuk menyampaikan laporannya.


“Ampun, Baginda! Hamba ingin “Apakah kamu telah mengetahui keberadaan istriku?” tanya Panji Asmarabangun dengan tidak sabar.


“Ampun, Baginda! Hamba hanya menemukan seorang gadis yang mirip dengan isti Baginda di sebuah dusun. Namun, hamba belum yakin dia itu istri Baginda, karena ia hanya seorang gadis kampung yang bekerja sebagai pembantu pada seorang janda kaya,” jelas pengawal itu.

 

Mendengar laporan itu, sang Pangeran pun memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pangeran tampan yang sedang mencari jodoh. Keesokan harinya, berangkatlah ia bersama beberapa orang pengawalnya ke Desa Dadapan yang berada di dekat Sungai Bengawan Solo, Lamongan. Desa itu berseberangan dengan desa tempat tinggal Kleting Kuning.


Di desa itu, Panji Asmarabangun menyamar dengan nama Ande Ande Lumut dan tinggal di rumah seorang janda tua bernama Mbok Randa. Beberapa hari kemudian, ia pun memerintahkan para pengawalnya agar pengumuman sayembara mencari jodoh itu segera disebarkan kepada seluruh pelosok desa. Dalam waktu singkat, berita tentang pelaksanaan sayembara itu tersebar hingga ke desa seberang, desa tempat tinggal Kleting Kuning.


Betapa senangnya hati Kleting Abang, Ijo, dan Biru mendengar kabar itu. Mereka akan berdandan sencantik-cantiknya untuk menaklukkkan hati sang Pangeran Tampan, Ande Ande Lumut.


“Asyik… Asyik…!!! Kita akan berdandan secantik-cantiknya. Kalau salah seorang di antara kita menjadi putri raja, ibu pasti akan senang,” kata Kleting Abang.


Pada hari sayembara itu dimulai, Kleting Abang, Ijo, dan Biru pun segera berdandan dengan sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan perhiasan yang indah. Saat mereka sedang asyik berdandan, Kleting Kuning mendekati mereka.


“Wah, kalian cantik sekali!” puji Kleting Kuning.


“Hai, Kleting Kuning! Apakah kamu ingin mengikuti sayembara juga?” tanya Kleting Abang.


“Ah, tidak mungkin! Baju pun kamu tak punya. Apakah kamu mau ikut sayembara dengan baju seperti itu?” sahut Kleting Ijo dengan mencela.


“Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara ini! Lebih baik kamu di rumah mengurus semua pekerjaanmu. Ayo, pergilah ke sungai mencuci semua pakaian kotor itu!” seru Kleting Biru sambil menunjuk ke pakaian ganti mereka yang sudah kotor.


Kleting Kuning segera mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai. Sebenarnya, ia pun tidak tertarik untuk mengikuti sayembara itu, karena ia masih teringat kepada suaminya, Panji Asmarabangun. Ia akan selalu setia kepada suaminya meskipun belum mendengar kabar tentang keadaannya apakah masih hidup atau sudah tewas dalam peperangan. Ketika ia sedang mencuci di sungai, tiba-tiba seekor burung bangau datang menghampirinya. Anehnya, burung bangau itu dapat berbicara layaknya manusia dan kedua kakinya mencengkram sebuah cambuk.


“Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dedapan mengikuti sayembara itu! Di sana Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmarabangun. Bawalah cambuk ini! Jika sewaktu-waktu Tuan Putri membutuhkan pertolongan, Tuan Putri boleh menggunakannya,” ujar sang burung bangau seraya meletakkan cambuk itu di atas batu di dekat Kleting Kuning.


Belum sempat Kleting Kuning berkata apa-apa, burung bangau itu sudah terbang ke angkasa dan seketika itu pula menghilang dari pandangan mata. Tanpa berpikir panjang lagi, Kleting Kuning pun segera kembali ke rumah dan bersiap-siap berangkat menuju Desa Dadapan.


Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Kini mereka telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan, karena harus menyeberangi sungai yang luas dan dalam itu, sementara tak satu pun perahu yang tampak di tepi sungai.


“Bu, bagaimana caranya kita menyeberangi sungai ini?” tanya Kleting Ijo kebingungan.


“Iya, Bu! Apa yang harus kita lakukan?” tambah Kleting Biru.


“Hai, coba lihat itu! Makhluk apa itu?” seru Kleting Abang.


Betapa terkejutnya Nyai Intan dan ketiga putrinya ketika mengetahui bahwa makhluk itu adalah seekor kepiting raksasa yang sedang terapung di atas permukaan air.


“Hai, Kepiting Raksasa! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai ini?” pinta Kleting Abang.


Yuyu Kangkang tertawa lebar.


“Ha… ha… ha…!!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat,” ujar Yuyu Kangkang.


“Apakah syaratmu itu, hai Kepiting Raksasa? Katakanlah!” desak Kleting Ijo. “Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya asalkan kami dapat menyeberangi sungai ini.”


“Kalian harus menciumku terlebih dahulu sebelum aku mengantar kalian ke seberang sungai,” kata Yuyu Kangkang.

 

Akhirnya, Kleting Abang dan kedua adiknya menerima persyaratan Yuyu Kangkang. Satu persatu mereka mencium si Yuyu Kangkang. Setelah itu, Yuyu Kangkang pun mengantar mereka ke seberang sungai. Selang beberapa saat kemudian, Kleting Kuning juga tiba di tepi sungai. Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, yaitu meminta imbalan ciuman, Kleting Kuning menolaknya. Ia tidak ingin menghianati suaminya. Meski ia tidak mau memenuhi syarat itu, ia tetap memaksa si Yuyu Kangkang untuk membantunya menyeberangi sungai. Berkali-kali Kleting Kuning memohon, namun kepiting raksasa itu tetap menolak, kecuali Kleting Kuning mau memenuhi syarat itu.





Kleting Kuning pun mulai habis kesabarannya. Ia segera memukulkan cambuknya ke sungai dan seketika itu pula air Sungai Bengawan Solo menjadi surut. Dalam versi yang lain, Yuyu Kangkang  tinggal di sungai Brantas. Melihat hal itu, Yuyu Kangkang menjadi ketakutan dan segera menyeberangkan Kleting Kuning, dan bahkan sekaligus mengantarnya hingga sampai di Desa Dadapan.


Setibanya di rumah Nyai Intan, Kleting Kuning bertemu dengan ketiga saudara dan ibu angkatnya. Tak berapa lama kemudian, sayembara pun dimulai. Secara bergiliran, Kleting Abang dan kedua adiknya menunjukkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya di hadapan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang pun di antara mereka yang dipilih oleh Ande Ande Lumut. Melihat hal itu, Nyai Intan pun berlutut memohon kepada Ande Ande Lumut agar memilih salah satu putrinya untuk dijadikan permaisuri.


“Ampun, Pangeran! Hamba mohon, terimahlah salah seorang dari ketiga putriku ini! Kurang cantik apalagi mereka dengan dandanan yang sebagus itu?” iba Nyai Intan.


Ande Ande Lumut hanya tersenyum.


“Memang benar, ketiga putri Nyai cantik semua. Tapi, aku tetap tidak akan memilih seorang pun dari mereka,” kata Ande Ande Lumut tanpa memberikan alasan.


“Pengawal! Tolong panggilkan gadis yang berbaju kuning itu kemari!” seru Ande Ande Lumut sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang duduk paling belakang.


Rupanya, gadis yang ditunjuk oleh Ande Ande Lumut itu adalah Kleting Kuning. Ketika Kleting Kuning menghadap kepadanya, pangeran tampan itu bangkit dari singgasananya.


“Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku,” kata Ande Ande Lumut.


Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu, terutama Nyai Intan dan ketiga putrinya.


“Ampun, Pangeran! Kenapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu dari pada ketiga putriku yang cantik dan menarik ini?” tanya Nyai Intan ingin tahu.


Ande Ande Lumut kembali tersenyum, lalu berkata:


“Wahai, Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun dari putrimu, karena mereka ‘bekas’ si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus ujian, yakni menolak untuk mencium si Yuyu Kangkang,” jelas Ande Ande Lumut.


Mendengar penjelasan itu, Nyai Intan dan ketiga putrinya baru sadar bahwa mereka ditolak oleh Ande Ande Lumut karena tidak lulus ujian. Sementara itu, Kleting Kuning masih kebingungan, karena belum menemukan suaminya. Namun, setelah Ande Ande Lumut membongkar penyamarannya bahwa dirinya adalah Panji Asmarabangun, barulah Kleting Kuning sadar. Dengan cambuk sakti pemberian si burung bangau, ia segera mengubah dirinya menjadi seorang putri yang cantik jelita. Panji Asmarabangun baru sadar ternyata Klenting Kuning adalah istrinya, Dewi Sekartaji. Akhirnya, sepasang suami istri yang saling mencintai itu bertemu kembali dan hidup berhagia. Sebagai ucapan terima kasih kepada Mbok Randa, Panji Asmarabangun membawanya serta tinggal di istana Jenggala. Sementara Nyai Intan dan ketiga putrinya kembali ke desanya dengan perasaan kecewa dan malu.





Saya menulis artikel ini, saya utamakan menyampaikan arti dan tujuan dari cerita ande ande lumut.  Berikut ini beberapa pengertian dari kata-kata atau nama yang ada dalam cerita ande ande lumut.  

  • Ande ande lumut artinya adalah orang yang licin atau susah diajak untuk bergabung dengan sebuah perkumpulan atau partai. 

  • Kleting kuning artinya disana sini berpakaian warna kuning, hal identik dengan perkumpulan / partai dengan bajunya berwarna kuning. 

  • Kleting abang atau merah artinya disana sini berpakaian warna merah, hal identik dengan perkumpulan atau partai dengan bajunya berwarna merah.  

  • Kleting biru artinya disana sini berpakaian warna biru, hal ini identik dengan perkumpulan atau partai yang bajunya berwarna biru. 

  • Kleting ijo atau hijau artinya disana sini mereka berpakaian warna hijau, hal ini identik dengan perkumpulan atau partai yang bajunya berwarna hijau.  

  • Bangau adalah binatang yang bulunya berwarna putih, artinya orang yang identik dengan warna putih yaitu ulama atau pemuka agama islam. 

  • Sodo adalah singkatan dari kalimat syahadat.

  • Yuyu kangkang adalah binatang yang kepalanya berdiri, cerita dan kakinya juga berduri, artinya adalah manusia yang memiliki karakter bagaikan ketam. Dia adalah orang yang pemikirannya berbahaya dan tingkah laku atau perbuatannya juga berbahaya.

  • Panji asmoro bangun artinya adalah orang yang menjadi panji / simbol pembangunan bangsa. 



      Nasihat yang tersirat yang ada dalam cerita Ande Ande Lumut adalah sebagai berikut. Suatu saat nanti akan muncul orang yang akan menjadi panji atau simbol pembangunan bagi bangsa Indonesia  (Panji Asmarabangun). Orang ini nantinya akan muncul arah barat laut dari tempat bekas istana kerajaan Kadiri. Posisinya dekat dengan candi lor Nganjuk dan dekat dengan rawa njali. 


      Setelah orang yang menjadi simbol pembangunan ini muncul, akan jadi rebutan diantara empat partai (putri klething). Keempat partai besar itu adalah partai PDI P (Kleting Abang), partai PKB (Kleting Ijo), partai Demokrat (Kleting Biru) dan partai Golkar (Kleting Kuning). Petunjuk yang ada dalam jongko, pilihlah partai Golkar  (Kleting Kuning) karena pantai ini bebas dari kangkangan manusia jahat. Jangan bergabung dengan partai PDI P (Kleting Abang), partai PKB (Kleting Ijo) dan partai Demokrat (Kleting Biru) karena ketiga partai ini dalam kangkangan atau kekuasaan orang jahat yang dalam jongko seandainya binatang itu adalah Yuyu (Yuyu Kangkang). Suatu saat nanti, ketika ada perbuatan yang tidak baik dari ketiga partai saat panji pembangunan bangsa akan bergabung dengan partai Golkar, tunggulah bantuan dari seorang ulama (bangau) yang menegakkan kalimat syahadat (sodo). 


      Menurut jongko,  akan ada tiga partai yang dikangkangi manusia jahat, yaitu PDIP, PKB dan Demokrat. Saat jongko ini ditulis tanggal 18 Maret 2021, keadaan partai demokrat sedang kisruh karena ada dua partai Demokrat. Ada partai Demokrat dengan pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono dan ada partai Demokrat dengan pimpinan Moeldoko. Kalau diteliti sudut pandang jongko, partai Demokrat Moeldoko (Kleting Biru) inilah yang ada dalam kangkangan manusia jahat si Yuyu Kangkang. Kemungkinan kedepannya, partai Demokrat Moeldoko ini akan terus bertahan atas dukungan dari si Yuyu Kangkang. Sedangkan partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono belum bisa diperkirakan nasibnya, kemungkinan dibubarkan atau ganti nama dan warna baju. 


      Dari saya cukup sekian dulu, insya Allah suatu saat nanti akan dibahas tentang terjemahan prediksi dari cerita Kleting Kuning. Semoga keterangan yang saya sampaikan ini membawa manfaat dan barokah. Aaamiiinn Aaamiiinn Aaamiiinn Yaarobbal'aalamiin. Assalamualaikum wrm wbr. 


        Tertanda 




        Jaka Pingit / Joko Pingit 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Calon Pemimpin

  Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya sampaikan petunjuk ini hasil dari mempelajari pewayangan. Dalam hal memilih seorang...