Senin, 29 Maret 2021

Invasi Mongol Dan Investasi Mangkrak

 



Assalamualaikum wrm wbr. Perasaan hati ini terasa sedih, pedih dan nelongso kalau memikirkan besarnya biaya investasi infrastruktur dari China yang mangkrak. Apalagi kalau ditambah memikirkan satelit Indonesia yang hancur saat diluncurkan dengan roket milik China. Perasaan hati ini menjadi sulit mempercayai niat China, adakah mereka masih memiliki niat baik kepada bangsa Indonesia??? 


      Kalau saya perhatikan investasi dibidang infrastruktur dari China yang sangat besar kemudian negara penerima investasi tidak mampu untuk membayar hutang dan terpaksa diganti imbalan tertentu, ternyata imbalannya jauh lebih berat. Sepertinya Indonesia pun juga diskenariokan sama seperti yang dialami oleh negara Bangladesh. Kalau hal ini benar-benar akan dialami oleh negara Indonesia, ada ide yang lucu serta terkesan konyol untuk dipraktekkan. Yaitu dengan menghubungkan permasalahan investasi infrastruktur yang mangkrak saat ini dengan permasalahan invasi Mongol dan China dimasa lalu. Ide lucu dan konyol ini terpaksa saya sampaikan karena memang sikap China di Laut Asia Tenggara (Laut China Selatan) juga terkesan lucu dan konyol. Tapi untuk mempraktekkan cara ini, orang yang cocok melakukannya adalah orang yang masih memiliki hubungan silsilah dengan tokoh-tokoh terkenal yang terlibat dalam perang di masa lalu. Orang yang cocok mempraktekkan cara ini adalah orang yang masih ada hubungan ķeturunan dari tokoh yang terkenal misalnya raden Wijaya, Ronggo Lawe, Lembu Sora dan lain-lain. Diusahakan selain memiliki hubungan keturunan juga masih tinggal di Jawa Timur. Cukup orang sipil yang bukan pejabat yang mempraktekkan cara ini. 




      Cara mempraktekkannya sebagai berikut. Disiapkan dulu video atau artikel yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah China yang menyatakan wilayah laut Asia Tenggara (Laut China Selatan) adalah warisan nenek moyang mereka. Setelah semuanya siap tinggal menunggu sikap pemerintah China. Suatu saat nanti apabila pemerintah China menagih hutang dari biaya pembangunan infrastruktur yang mangkrak, lalu dijawab; "kamu (China) mengklaim wilayah laut Asia Tenggara  (Laut China Selatan) adalah warisan nenek moyangmu, aku ingatkan kalau nenek moyangmu pernah menginvasi kerajaan di Nusantara". Kemudian baru membahas urusan ganti rugi dari kerusakan yang pernah dilakukan oleh nenek moyang orang China. Urusan ganti rugi invasi Mongol / China terpaksa dibahas sebab China juga dalam mengklaim laut Asia Tenggara (LCS) dengan alasan warisan nenek moyang. Kalau misalnya China tidak mau membayar ganti rugi invasi Mongol /  China dengan alasan saat itu kaisarnya berasal dari Mongol, maka kaisar Mongol yang telah memindahkan ibu kota kerajaan sebagai alasan untuk meminta ganti rugi. Mungkin, investasi infrastruktur China yang mangkrak cukup sebagai ganti rugi invasi Mongol  / China di masa lalu. 


      Meminta ganti rugi invasi Mongol / China ke Nusantara Insya-Allah bisa dijadikan sebagai uji coba pendirian China dalam menguasai laut Asia Tenggara, apabila tetap ngeyel sebaiknya dipraktekkan saja sekalian. 


      Dari saya cukup sekian dulu, semoga keterangan yang saya sampaikan ini membawa manfaat dan barokah. Aaamiiinn Aaamiiinn Aaamiiinn Yaarobbal'aalamiin. Assalamualaikum wrm wbr. 


      Tertanda 




      Joko Pingit  / Jaka Pingit 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Calon Pemimpin

  Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya sampaikan petunjuk ini hasil dari mempelajari pewayangan. Dalam hal memilih seorang...