Minggu, 15 November 2020

Weruh Sak Durunge Winarah

 


Assalamu'alaikum wrm wbr. Banyak orang yang mengatakan kalau orang yang memiliki kelebihan weruh sak durunge winarah adalah sebuah kesyirikan. Padahal, permasalahan weruh sak durunge winarah itu tidak ada hubungannya dengan urusan qadar,  tetapi hubungannya adalah dengan permasalahan memberikan petunjuk penjadwalan reformasi dan revolusi dunia. Cerita pewayangan itu keseluruhannya adalah petunjuk menghadapi beratnya masa - masa reformasi dan revolusi dunia. Adapun pengertian tentang pewayangan yang beredar saat itu isinya syirik, penyebabnya sepengetahuan saya adalah adanya kesengajaan untuk menggagalkan usaha memanfaatkan cerita pewayangan sebagai petunjuk. Saya yakin, orang yang mengartikan pewayangan dengan pengertian yang syirik ini terlibat konspirasi usaha menghancurkan islam dari dalam. Karena memang, pengertian pewayangan yang syirik ini munculnya hampir bersamaan dengan diterbitkannya serat Centhini dan serat Darmo Gandul. Dalam dua serat ini banyak keterangan - keterangan yang menghujat islam dan lain lain. 


      Ditempat lain di wilayah nusantara ini juga ada pengertian yang menyimpang dari agama islam. Kejadian ini terjadi di Aceh. Pelakunya adalah Dr Snouck Hurgronje, orang dari Belanda. Karena kesulitan menghadapi perlawanan dari masyarakat Aceh, untuk memudahkan / mematahkan perlawanan dari masyarakat Aceh, usaha itu dimulai dengan cara memberikan pengertian - pengertian yang menyimpang dari agama islam. Dengan memberikan pengertian yang menyimpang dari agama islam, akibatnya sebagian masyarakat bisa dijauhkan dari agama islam. Inilah yang menjadi awal kelemahan perlawanan masyarakat Aceh dalam menghadapi penjajahan Belanda. 


       Tujuan dari menyebarkan pengertian yang syirik dari cerita pewayangan yang ada di tanah Jawa dan pengertian yang menyimpang dari agama islam di Aceh itu sama saja, yaitu memudahkan Belanda menguasai nusantara. Kemungkinan aktor utama dari usaha - usaha ini ada yahudi yang memang menjadi pemilik saham VOC. VOC ingin menguasai nusantara dan kerajaan mataram sendiri yang rajanya waktu itu sultan Agung juga bermusuhan dengan Giri Kedhaton sebagai pusat penyebaran agama islam sunni. Meskipun antara sultan Agung dengan VOC ada permusuhan, tetapi antara sultan Agung dan VOC juga ada permusuhan dengan Giri Kedhaton. Jadi ada permusuhan segitiga  antara Giri Kedhaton yang islam sunni, sultan Agung yang menjadi penerus dari syech Siti Jenar dan VOC yang ingin menguasai nusantara. Karena sultan Agung dan VOC ada kesamaan rasa permusuhan dengan islam sunni yang berpusat di Giri Kedhaton, kemungkinan ada usaha kerjasama menghancurkan Giri Kedhaton yang sehancur hancurnya. Mereka berdua menyadari kalau cerita pewayangan itu bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan agama islam, supaya tidak dimanfaatkan memperjuangkan agama islam, maka disebarlah pengertian dari cerita pewayangan dengan pengertian yang syirik. 


      Meskipun pengertian dari cerita pewayangan yang diceritakan dengan pengertian yang syirik sudah tersebar begitu lama dan luas, seolah - olah inilah pengertian dari cerita pewayangan yang benar, tetapi pengertian dari cerita pewayangan yang benar tetap akan muncul setelah tiba waktunya untuk digunakan memperjuangkan agama islam. Hal ini sesuai dengan keinginan dari para wali yang ingin membantu secara rahasia terhadap generasi penerusnya, yaitu golongan islam yang islamnya sama dengan islamnya para wali.  


      Berikut ini adalah contoh kata atau kalimat yang sesungguhnya tidak syirik tetapi diartikan dengan pengertian yang syirik. 

  1. Weruh sak durunge winarah diartikan sebagai orang yang mengetahui qadar, padahal arti yang sesungguhnya adalah orang yang mengerti sebelum ditunjukkan. Ringkasnya, Satrio Piningit adalah orang yang mengerti terhadap pekerjaanya tanpa menunggu harus ditunjukkan. Satrio Piningit sebagai orang yang dituntut memberikan petunjuk jalannya reformasi dan revolusi dunia harus mengerti terhadap terhadap tugasnya. Apa yang harus disampaikan oleh Satrio Piningit dan kapan waktu menyampaikannya. 

  2. Wasis diartikan manusia yang mengetahui qadar, padahal kata wasis itu berasal dari kata siswa atau murid. Dalam pewayangan memang ada kata yang kadang diucapkan kebalikan tetapi artinya sama. Misal, yama dengan maya, yitma dengan mayit, wasis dengan siswa. Yang dimaksud dengan wadis adalah orang yang bisa memahi maksud dan tujuan dari cerita pewayangan, sehingga antara orang yang mempelajari pewayangan itu bagaikan antara guru dan murid. Atau bisa juga diartikan, orang yang layak disebut siswanya wali adalah orang yang benar - benar memahami maksud dan tujuan dari cerita pewayangan. 

  3. Dewa Ruci dudu anak lan ora dianakake diartikan dengan pengertian Allah SWT itu tidak punya anak dan tidak punya bapak. Padahal arti yang sesungguhnya adalah, orang yang menjadi juru kunci (ruci) tahapan itu adalah rakyat jelata yang harus bisa memutuskan permasalahan atau menjalankan tugas sendirian, dia tidak memiliki anak buah dan juga bukan anak buah. Dalam pewayangan diceritakan kalau dewa ruci sebesar jari kelingking (bahasa jawa - jenthikan). Yang dimaksud dengan jari kelingking adalah kiasan sebagai orang kecil atau rakyat jelata yang tidak memiliki pangkat atau kedudukan. Jadi pengertian dari dewa Ruci sebesar jari kelingkingnya Brotoseno adalah orang yang menjadi juru kunci strategi perjuangan itu adalah orang kecil dihadapan petinggi TNI. 


      Ini adalah penjelasan tentang keterangan yang sesungguhnya tidak syirik tapi diartikan dengan pengertian syirik. Insyaallah suatu saat nanti ada kata atau kalimat lain yang akan dijelaskan. Dari saya cukup sekian dulu, semoga keterangan yang saya sampaikan ini membawa manfaat dan barokah. Assalamu'alaikum wrm wbr. 


      Tertanda 



      Jaka Pingit / Joko Pingit 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Calon Pemimpin

  Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya sampaikan petunjuk ini hasil dari mempelajari pewayangan. Dalam hal memilih seorang...